Jumat, 23 Oktober 2015

SAYANG KALAU DIBUANG

(1)
Dari sekian banyak perempuan yang kehilangan kasih sayang, aku melihat mereka menjadi pribadi yang menyedihkan. Memasang foto dengan belahan dadanya ke mana-mana. Menulis status mengemis cinta ke mana-mana. Ah, itu wujud refleksi kekecewaan. Namun, haruskah kita merusak harga diri seperti itu. Sebenarnya kaum kita adalah kaum yang lebih mulia dari laki-laki. Letakkanlah posisi kita pada kemuliaan itu.

(2)
Ini malam yang penuh aroma kesedihan, tapi baiknya kau abaikan saja. Isi waktumu dengan hal-hal yang berguna. Bukankah tak ada yang sia-sia dari setiap kejadian?

(3)
Ada begitu banyak cara untuk menenangkan hati: berdoa, mendengarkan lagu yang disukai, dan menulis. Setelah melakukan ketiganya. Semua menjadi baik-baik saja. Alhamdulillah :)

(4)
Saat kau membiarkan aku bebas mungkin aku akan lebih mudah melangkah, tapi saat kau masih mengikatku seperti ini tanpa memberikan penjelasan apapun sama saja kau menguburku dalam lubang kesedihan yang begitu dalam. Setiap kali aku berikrar dalam hati bahwa hidupku untuk anak-anakku saja. Mungkin aku belum berhasil saat ini. Menikmati hidup yang memang seharusnya. Suatu saat aku ingin menjadi orang yang berhati luas, memberi dan memberi saja.

(5)
Yang paling aku benci dari diriku adalah saat dimana aku teringat dirimu, merindukanmu dan menangisi akhir dari hubungan kita. Aku ingin sekali berlari meninggalkan semuanya tentangmu. Sebab aku tahu tak akan pernah bisa diulang, mungkin saja saat ini aku belum bisa, tapi aku yakin akan bisa melakukannya nanti.

(6)
Kemarin aku sudah mengemasi rindu, lalu apakah aku harus membuang rindu itu atau menyimpannya dan setiap membukanya kembali ada yang terasa perih? Kau tak akan bisa menjawabnya kan? Atau mungkin tidak ingin menjawab seab kau telah sibuk dengan kehidupanmu yang baru.

(7)
Malam ini terasa begitu bisu. Namun, ada gemuruh di dada dan pikiranku. Entah, apa lagi yang hendak kutuliskan, mungkin hanya bait-bait doa yang kukirim untukmu. Semoga kau baik-baik saja.

(8)
Saatnya pulang. Mengemasi barang-barang juga mengemasi rindu yang bercecer di sepanjang jalan kenangan aku dan kamu.

(9)
Sekuat apa pun kadang kita merasa rapuh karena kita manusia biasa yang penuh dengan emosi. Tidak ada yang abadi bukan? Mungkin seperti orang-orang di sekelilingmu yang meninggalkan. Namun, hanya dirimu sendiri yang bisa membuatmu bangkit. Tak perlu meratapi terlalu lama sebab waktu tak pernah menunggumu.

(10)
Siang ini aku membisu. Mengingatmu. Menyenandungkan namamu. Selalu jaga aku dari kejahatan yang tampat atau pun tidak.

(11)
Menulis itu dunia kreasi, walaupun hanya menulis status. Tidak serta merta si penulis bisa dituding seperti yang ditulisnya, belum tentu orangnya seperti itu bisa jadi hanya imajinasinya yang begitu :)

(12)
Di heningnya malam-malammu, engkau sering merenung, mengkaji diri. Ibarat menonton film dengan peran utama dirimu sendiri. Sementara di luar pohon-pohon juga tertidur, tak ada gemerisik angin. Terasa syahdu. Kau hanya manusia biasa dan sesama manusia tak berhak menilai manusia lain tidak baik. Kau hanya berusaha tak menyakiti siapa pun. Kalaupun kau marah itu karena dimulai. Kau tidak pernah meninggalkan. Jadi siapa pun yang telah pergi kau belajar darinya dan semakin hati-hati. Kau wajib berterima kasih karena kau dapat pengalaman baru.

(13)
Laki-laki begitu mudah menyatakan sayang dan cinta, tapi begitu sulit mempertahankan sayang dan cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar