Sabtu, 24 Oktober 2015

GELISAH

(1)
Masih saja ada rasa rindu yang mengurungku, sedang waktu terus berlalu. Entah harus ke mana rindu ini berpulang. Sebab aku tahu kau tak akan menerimanya lagi. Jadi, seharusnya aku membuang rindu ini saja. Ah, mungkin aku belum bisa.

(2)
Dan kau sudah menyerahkan rindumu untuk orang lain. Secepat itu. Mungkin seperti itulah kau mencintai. Sedang aku masih saja terhanyut arus gelombang kerinduan ini.

(3)
Entah, apakah aku harus berlari dari masa lalu. Membereskan semua kenangan dan memendamnya di palung hatiku yang terdalam. Kenapa kau begitu tega membuat dada ini begitu sesak. Kemana lagi aku harus menyimpannya? Terlalu banyak luka-luka hingga tak mampu lagi menampungnya.

(5)
Aku memang bukan orang yang bisa begitu saja melupakan. Walau begitu banyak kesakitan yang kuterima. Entah apakah sebenarnya aku masih cinta, atau aku masih belum bisa bangkit dari segalanya.

(6)
Walau begitu banyak yang datang menghampiri tapi cinta bukan seperti itu, menerima siapa saja yang mengetuk hati. Bagiku sangat tidak mudah untuk berpaling darimu.

(7)
Lalu, apa yang aku tuliskan hanyalah bagian dari apa yang ingin kutulis. Tak ada terbersit niatan untuk sesuatu hal yang lain. Sebab aku tahu, aku sudah lelah menyimpan harapan. Terlalu banyak kehilangan-kehilangan dan mungkin aku tak sanggup lagi kehilangan.

(8)
Aku hanya punya ketulusan dan hati sedang hati ini telah lama beku. Tak lagi menyala dan menggelora. Entah harus bagaimana aku hadirkan percikannya. Sebab aku tahu seharusnya tak ada tempat lagi untuk itu.

(9)
Kita tidak pernah tahu ke mana arus kehidupan membawa kita. Dan di perjalanan yang panjang itu kita sering bertemu dengan orang-orang yang mungkin hanya sekadar lewat atau orang-orang yang akan berarti dan meninggalkan kenangan.

(10)
Ini sudah dini hari. Ada banyak kisah yang kutemui di sini. Ada begitu banyak pengorbanan yang mesti ditempuh untuk suatu harapan. Ya, kita hanya menjalani. Pahit ataupun manis. Namun, percayalah bahwa Allah selalu menciptakan segala sesuatu berpasangan.

(11)
Kekasihku pemilik alam semesta. Kadang aku menangisi jalan yang kaupilihkan untukku. Kadang aku mensyukuri aku masih bertahan d jalan ini. Kadang aku kosong dan hampa. Kadang aku hancur dan patah. Namun, aku tahu itu yang terbaik buatku.

(12)
Berjibaku dengan kesibukan. Walau badan ini terus mengaduh. Sedang pagi sudah mulai lenyap berganti siang yang garang. Kau yang jauh dari jangkauan. Entah siapa. Sebab aku tidak tahu harus ke mana melabuhkan rindu ini. Apakah kau juga sedang rindu?

(13)
Terpaksa mengalah sebab badan sudah minta ditidurkan. Ah, saat seperti ini betapa rindu kasih sayang. Engkau yang tersimpan dalam ingatan tak pernah lagi memberi kabar. Bahkan ketika itu kaubiarkan aku menanti. Hingga akhirnya engkau pergi. Sedang dia yang dekat tapi terasa ada sekat. Entah, haruskah kulalui sakit ini sendiri lagi? Sedang sekarang aku mulai merasa melayang terbang, dan begitu ringan. Atau mungkin ini sudah waktuku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar