Dia begitu lelah. Menatap warna-warna yang tidak lagi meriah. Ya, dia
memang lupa bahwa waktu telah menyeretnya menjadi seseorang yang beku.
Tidak lagi membara ataupun menyala. Bara dan nyala itu telah padam.
Berganti dengan kristal-kristal bening yang menempel di kedua sungai
kecil di wajahnya.
Sebenarnya bara dan nyala itu dibutuhkannya untuk melanjutkan hidup. Dia
tahu bahwa tak ada yang bisa membuatnya bangkit bila bukan dirinya
sendiri. Maka, dia sekuat tenaga bangkit. Menghadirkan percikan api
untuk mencairkan bening kristal itu.
Karena dia tahu di bentang luas kehidupan, maka dia masih menunggu setumpuk harapan yang dia
gantung pada doa-doa. Selama pagi selalu datang menggantikan malam. Dia
percaya selalu ada kesempatan.
Dan di siang yang temaram di sini membuat dia teringat akan cahaya yang dulu
menerangi. Ya, cahaya itu memang telah pergi. Namun waktu terus berganti
dan dia tak ingin tertinggal dari detik-detik yang berlari. Maka
dikumpulkannya pijar-pijar di hatinya hingga terbentuk bola cahaya.
Walau mungkin tidak sebesar yang dulu. Baginya yang terpenting terus
mencoba.
Cirebon, 21 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar