Selasa, 20 Oktober 2015

DIA

Dia begitu lelah. Menatap warna-warna yang tidak lagi meriah. Ya, dia memang lupa bahwa waktu telah menyeretnya menjadi seseorang yang beku. Tidak lagi membara ataupun menyala. Bara dan nyala itu telah padam. Berganti dengan kristal-kristal bening yang menempel di kedua sungai kecil di wajahnya.

Sebenarnya bara dan nyala itu dibutuhkannya untuk melanjutkan hidup. Dia tahu bahwa tak ada yang bisa membuatnya bangkit bila bukan dirinya sendiri. Maka, dia sekuat tenaga bangkit. Menghadirkan percikan api untuk mencairkan bening kristal itu.

Karena dia tahu di bentang luas kehidupan, maka dia masih menunggu setumpuk harapan yang dia gantung pada doa-doa. Selama pagi selalu datang menggantikan malam. Dia percaya selalu ada kesempatan.

Dan di siang yang temaram di sini membuat dia teringat akan cahaya yang dulu menerangi. Ya, cahaya itu memang telah pergi. Namun waktu terus berganti dan dia tak ingin tertinggal dari detik-detik yang berlari. Maka dikumpulkannya pijar-pijar di hatinya hingga terbentuk bola cahaya. Walau mungkin tidak sebesar yang dulu. Baginya yang terpenting terus mencoba.

Cirebon, 21 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar