Minggu, 22 Februari 2015

KEJUTAN

Belakangan ini saya seperti mati gaya. Lama tak menulis membuat banyak ide berjejalan di kepala, tapi sulit menuliskannya. Jadi, pagi ini saya mau curhat saja, hehehe. Curhat juga salah satu bagian dari menulis kan? Baiklah ini curhat tentang kejutan-kejutan yang belakangan ini melingkupi hati saya.

Curhat yang pertama, ini tentang putri kecil saya yang waktu melahirkan dulu hampir bertaruh nyawa. Umurnya sudah 4 tahun sekarang. Bayi gendut yang lahir 4,3 Kg ini sudah menjadi putri kecil yang sangat cantik loh. Hahaha, itu kata saya sebagai ibunya, tapi saya yakin kalian juga akan setuju bila melihat fotonya di bawah ini. Hasil iseng saya mendandani dia di malam hari, Ini dia:


Tuh kan benar? lihat saja senyum manis dan matanya. Ah, dia benar-benar kebanggan saya deh. 

Curhat yang ke dua. Ini tentang kado ulang tahun yang diberikan Fe, sahabat saya, Novel khusus dewasa yang panas membara dan membuat imajinasi saya semakin liar. Hohoho. Tentu saya sangat senang memperoleh kejutan itu dari dia, Dia satu-satunya sahabat perempuan yang paling mengerti saya. Dua tahun berturut-turut dia selalu memberi kado yang mampu memengaruhi emosi saya. Menangis dan terharu ketika membaca "12 PASANG MATA" kado tahun kemarin dan bergolak membara ketika membaca "REFLECTED IN YOU" Sylvia Day. Oo. Dia berhasil mengaduk-aduk emosi saya. Muach buat Fera. Ini dia penampakan saya dan novel itu:




Lihatlah senyum manis saya di atas sama dengan putri saya ya? hehehe

Curhat ke tiga. Ini karena saya menemukan link blog di google yang menjadikan puisi saya sebagai pembuka tulisannya. Bahagia banget ya. Ini dia link nya:

 https://nurqolb.wordpress.com/2015/02/08/aku-tak-ingin-pindah-rumah/

Sementara segini dulu ya curhatan saya, akan dilanjut lagi kalau ada kejutan lainnya :D bye bye. 

Cirebon, 23 Februari 2015

Selasa, 17 Februari 2015

ANTARA AKU DAN MBAK RATNA

18 FEBRUARI
di dini hari nan hening
kala fajar mulai menyingsing
embun basah menyimpan bening
udara berkabut belumlah mengering
lembaran pagi mulai dibuka
dengan melangitkan doa-doa
menabur sebanyak asa
hanya padaMu, Sang Maha Kuasa
agar langkah kaki makin tegap kuat
agar jiwa raga penuh terisi semangat
dalam dekapan ridhoMu
dalam pelukan kasih sayangMu
* * *
Jakarta, 18 Februari 2015
Selamat ulang tahun, Mbak Menning Alamsyah
Semoga hari ini lebih baik daripada kemarin

Aku selalu terharu dengan puisimu, Mbak Ratna, ini untukmu:

UNTUKMU, MBAKKU

Engkau sahabat yang masih saja setia memberi puisi dan doa-doa di ulang tahunku, Mbak. Waktu memang terus berjalan. Kau juga telah berpindah tempat, tapi perasaan kita yang menyatu selalu mengingatkan bahwa ada rindu yang masih mendekap antara kau dan aku.

Aku percaya kita akan bertemu lagi, entah di sudut mana. Seperti doa-doa yang selalu kaukirim untukku aku pun memohon hal yang sama untukmu. Ah, aku sudah kehilangan kata, Mbak. Tak lagi pandai merangkai diksi. Ini hanya ungkapan terima kasih.

Semoga persahabatan kita ini abadi, kalaupun harus terpisah itu karena maut saja.


Cirebon, 18 Februari 2015

Rabu, 04 Februari 2015

CATATAN USANG

Aku pernah merasakan waktu seakan berhenti dan selalu aku tuliskan perasaanku dalam catatan-catatan usang yang hampir terbuang.

Catatanku

21 Nopember 2013
Aku tahu bahwa sedih tak selamanya sedih dan bahagia pun tak selamanya bahagia. Selalu ada dua sisi. Seperti halnya aku yang kemarin terpuruk, hari ini pun aku mencoba bangkit karena matahari akan tetap bersinar, waktu akan tetap melaju dengan atau tanpaku.
Yang terbaik mengambil hikmah dari setiap kejadian. Senyum karena berhasil melewati.

22 Nopember 2013
Hapuslah airmata di pipimu, Ning. Aku sangat mengenalmu. Kau bukan wanita lemah. Aku selalu bersamamu. Aku melihat semuanya. Kau selalu bertanggungjawab. Kau lakukan segalanya dengan segenap hatimu. Kau tak akan pernah benar-benar marah ke siapa pun. Tidak! aku tahu. Walau banyak yang telah mengatakan kau bodoh. Kau masih saja bertahan, menerima, dan menghadapi semuanya. Kalau hal itu saja kau mampu maka harusnya kau mampu untuk hal lainnya. Bukankah dalam hidupmu kau tak pernah meninggalkan? karena kau tahu bagaimana rasanya ditinggalkan, jadi nikmatilah rasa itu. Tersenyumlah! semuanya akan baik-baik saja.

29 Nopember 2013
Lemas menguasai sekujur tubuhku, langit-langit kamar seakan bercerita tetang masa lalu dan masa kini. Ah, aku tak ingin menangis. Tidak! Berkali sudah kubangun semangatku untuk bangkit, aku pasti bisa melewati ini, pasti!

06 Desember 2013
Jangan harapkan banyak hal dulu dari saya. Masih bisa menikmati pagi ini, menjemur pakaian dan menyuapi anak saja saya sudah lemas sekali. Ah, tapi saya bahagia. Setidaknya saya masih bisa menjadi ibu yang baik buat anak-anak saya. Soal pekerjaan dan perkuliahan, saya yakin pelan-pelan akan normal seperti semula.

14 Desember 2013
Keluarga adalah benteng terakhir buat kita. Saat kita terjatuh atau terpuruk keluarga-lah tempat kita mencari perlindungan. Beruntunglah siapa pun yang mempunyai keluarga harmonis.
Seorang ibu adalah ujung tombak dalam keluarga. Kesabaran, ketegaran, dan ketawakalan seorang ibu menjadi jaminan menciptakan keluarga harmonis. Bahkan seorang ibu rela mengurai air mata untuk kebahagiaan anaknya.
Untuk seorang ibu, berjuanglah selama masih bisa bernapas.

15 Desember 2013
Sepertinya semuanya akan menjadi biasa, rasa sakit itu kini sudah menjadi bagian yang harus kunikmati.
Alhamdulillah, masih bisa menatap senyum manis Liya dan Rian. Dua malaikatku yang membuatku bahagia.

19 Desember 2013
Dalam hening seperti malam-malam lalu, ada kilatan peristiwa tentang segalanya. Duh, Gusti, ijinkan aku memeluk-Mu dalam dzikir dan doa-doaku.

21 Desember 2013
Mungkin perasaan itu yang membuatmu sakit. Berjanjilah untuk tak membuat dirimu sendiri tersiksa.
Perasaan tak dicintai, tak ada keluarga, orang tua, adik, kakak, dan karena kau selalu dianiaya dalam kehidupanmu yang tak adil.
Tapi, apakah kau akan menyerah pada takdir? Bila kau masih akan bertahan maka kau harus mampu membuat dirimu sendiri bahagia.
Abaikan orang lain yang tak lagi peduli padamu. Siapa pun itu, pikirkanlah dua hati yang membutuhkanmu.
Berjanjilah untuk dirimu sendiri.


Terbitnya e-book pertamaku

Kamis, 24 April 2013. Wuss .. kayak dapat air di padang tandus saat ngintip FB dari HP, dan ternyata tibalah saatnya E-book saya beredar, tepatnya hari Jum'at 25 APril 2013 setelah menunggu selama tiga bulan, inilah kata pengantar dari Pustaka Hanan untuk e-book saya:


Rona Kehidupan” adalah buku elektronik pertama yang ditulis oleh Menning Alamsyah. Buku ini berisi kumpulan cerita pendek yang sudah dimuat di berbagai media, baik media online maupun media cetak seperti Malang Post. E-book dengan judul “Rona Kehdupan” ini adalah bukti perjalanan penulis di dunia tulis-menulis.
Cerpen-cerpen yang termuat dalam e-book ini mengisahkan tentang rona kehidupan yang harus kita cecap. Liku-liku hidup yang tak selalu indah dan tak selamanya apa yang kita inginkan akan kita dapatkan. Keprihatinan penulis kepada Lesbian yang coba ia tulis pada diri Hika, kesedihan seorang istri yang sering berbohong terwakili pada diri Amelia, keberanian mengatakan kebenaran pada diri Rani, sekelumit kisah anak jalanan pada Rifki dan Naina, serta kesetiaan cinta pada Nadya dan rindu yang datangnya di saat yang tak tepat.
Inilah barangkali yang coba penulis sampaikan lewat tulisannya, bahwa kehidupan ini penuh rona-rona beraneka ragam. Ada kesedihan, kerinduan, kebenaran, kepedulian, kepekaan, dan nilai-nilai lainnya yang di mana pun dengan mudah kita temukan. Semoga e-book ini membawa banyak manfaat bagi pembaca.

Bahagia banget setelah membaca karya sendiri dan terutama bisa berbagi dengan orang lain, siapa pun yang ingin mendownload silakan klik link ini:
http://pustaka-ebook.com/pnbb-e-book-38-rona-kehidupan/


Selasa, 03 Februari 2015

FE, SAHABATKU

22 Nopember 2013
Dari Fera pagi ini:
Mengapa kamu selalu maksain diri kamu sendiri?
Kamu selalu ingin menjadi yang terbaik untuk semua orang
Memberikan yang terbaik untuk mereka
Tahukah kamu?
Tubuhmu sakit karena kamu tidak membiarkan semuanya pergi
Kamu egois, kamu keras kepala seperti batu
Terlihat begitu kuat tapi sebenarnya kamu tahu kamu tidak sekeras batu
Kamu manusia punya perasaan
Tidak bisakah kamu beristirahat dan menikmati hidupmu

Maafkan aku Fe ....
Aku beruntung mempunyai sahabat sepertimu Fe. Sepagi ini kausetia menemaniku berobat. Menjemput, menuntun, dan menunggu hingga selesai pemeriksaan. Ah, terima kasih ya. Seperti ini rupanya Allah menunjukkan sayang-Nya padaku. Diberi-Nya aku ujian. Penyakitku kambuh dan aku jalan dengan susah payah. Aku masih akan tersenyum dengan semuanya.


UNTUK DUA ORANG YANG KUSAYANGI

05  Nopember 2013

Hari ini aku online hanya untuk mengaduh. Ya, mengaduh dengan derai air mata. Kakak hancur, benar-benar hancur. Akhirnya kini kau pun meninggalkan kakak dengan cara yang menyakitkan. Tanpa pamit, hanya meninggalkan selembar kertas. Ah, hanya doa yang mampu kakak kirimkan menemani langkahmu. Adikku, kakak masih tetap sayang kamu dengan segala luka yang kautinggalkan untuk kakak. Maafkan kakak, membuatmu harus menonton adegan-adegan itu.

Kau bahkan tak berusaha mendamaikan hatiku dengan sentuhan kecil atau apa pun. Lalu, ke siapa aku harus mengaduh? sedang aku sungguh lelah menangis seharian. Hanya pada-Mu Tuhan, buat aku tak sadar satu hari ini saja agar aku tak memikirkan apa yang terjadi di tahun baru Hijriyah ini

13 Desember 2013
Saat penyakitku kambuh di ruang tamu kemarin sore, mampuku hanya membaringkan tubuh di sofa. Ah, putri kecilku berlari ke dapur mengambilkan air putih di gelas plastik kesayangannya. "Ini untuk Mama," ucapnya. Aku menerimanya walau dengan tangan kaku dan meminumnya. Tak mungkin aku menolak, tapi air tumpah dengan gelasnya dan membasahi lantai. Dengan sigap dia berlari ke dapur dan mengambil lap lantai. Tangan mungilnya sigap membersihkan lantai.
Aku masih dibuat takjub. Sampai dia selesai membersihkan lantai dan menyimpan lap lantai ke dapur. Setelahnya, dia masih menambah takjubku, berlari ke kamar mengambil selimut dan bantal.
Subhanallah! dia baru ulang tahun ke 3 tahun beberapa minggu lalu. Namun, apa yang dilakukannya membuatku terharu.
Mama akan berjuang demi kamu, Sayang dan kakakmu.

Senin, 02 Februari 2015

STATUSKU TENTANG KAMU DAN HUJAN

Seperti matahari yang bersembunyi pagi ini, aku pun hanya bisa mengintipmu. Melihat dirimu dan membaca apa pun yang terjadi. Setelahnya ada sesuatu di dada, mungkin juga luka atau debar bahagia karena pernah mengenalmu atau hanya seuntai doa: Semoga kau bahagia di sana dan Mimpimu untuk memiliki belahan jiwa terwujud segera.

Hujan masih menggedor-gedor jendela seperti kenangan yang menggedor-gedor bilik hatiku. Di sini deng
an rasa sepi.

Lagi, kau menjadi lilin yang memberikan penerangnya sedang dirimu sendiri terbakar. Itu karena perasaanmu yang tak bisa menolak siapa pun yang meminta bantuanmu kan, Ning?
Lalu, tak ada harapan lagi sebab kau tak minta pengertian sebab tak akan pernah ada yang mengerti.

Aku menikmati hujan dan titik airnya sebab air mataku akan berbaur dan terasa asin manakala merembes ke bibirku. Aku begitu luruh dengan kesedihann yang masih tak dapat diterjemahkan.

Hujan, menulis, dan menangis. Tiga hal yang begitu dekat denganmu, bukan? Ya, kau selalu menikmati itu, Ning. Rasakan hentakan dan ngilu di dadamu. Sesuatu yang biasa bukan?

Mungkin tidak ada yang peduli atau masa bodoh saja, tapi bagaimana aku membiarkan semua itu terjadi. Yang menyedihkan adalah begitu susahnya mencari rasa empati dari sekian banyak orang di kantor ini. Oh, begitu luka. Biarlah aku yang mengalah sebab aku tak tega membiarkan itu semua terjadi.

PUISI KOLABORASI AKU DAN JANG SHAN

Ini cerita yang sudah cukup lama. Aku bahkan sudah tidak mengingatnya. Ketika itu aku masih aktif di sebuah grup kepenulisan. Secara tiba-tiba dan terjadi begitu saja terciptalah bait-bait puisi ini. Kolaborasi Jang Shan dan aku. Masih mengenai hujan dan juga cinta. Waktu itu pernah aku posting di FB yang saat ini akunnya sudah tidak aktif. Jadi, aku melupakan judulnya. Ya, sakit ternyata bisa membuat saraf-saraf ingatanku melemah. Namun, aku masih tetap ingin membagi senyum. Walau mungkin puisi ini dengan ending sedih.


Menatap gerimis di bingkai jendela
Ada kerinduan yang mencair
Kabut tipis menebar
Dingin menyergap
Kupu-kupu hitam terbang menembus jendela
Menghampiri dan berkata, "Bolehkah aku berteduh?"
Aku tersenyum menyambutnya
Kupu-kupu hitam hinggap di pelupuk tanganku

Berjalan ‘ku menyusuri pematang
Sisa hujan yang bergelayutan di ujung daun-daun padi
Dan terhampar sepanjang rerimputan liar pinggir pematang
Awan kelabu mulai sirna
kabut menipis mulai hilang
Menghirup aroma hujan yang menyegarkan

Angin membelai lembut wajahku
Anganku berlompatan
Kerling mata yang indah
Bergulir ke arahku
Semerbak angin menerpanya
Sontak anak-anak rambutnya berhamburan tak beratur

Aku terpaku
wajah putih semburat merah itu
dengan mata berbinar
yang menusuk jantungku

Aku meleleh
Bagaikan lilin yang terbakar
Hanya tertuju di satu cahaya.
dan cahaya itu
adalah kilat matanya
kataku, duh, kau telah menghipnotisku
tunggu, ijinkan kubaca debar hatimu
di sana

Dalam sekerjap pandangmu
kuulurkan tangan menyambutmu
merasakan genggaman tanganmu
Adakah tautan untuk menyatukan hati kita?
Menabur bunga-bunga cinta
Menghujaninya dengan kesetiaan
Aku ingin melihat hujan bersama
Atau diguyur hujan bersamamu
Dan aku berucap " I Love Rain ... I Love You

Ah, bibirmu membisu
tak mampu kauukir aksara
lalu katamu
kau terlambat
telah kuputuskan menerima dia
sahabatmu
tapi ingatlah aku
akan selalu datang seiring hujan
yang mengguyur tubuhmu

Hatiku membiru dengan setumpuk pilu

aku akan mengingatmu di rintik hujan yang turun
Mengukir senyummu di singgasana memori terindahku
Hujan,  aku mencintaimu

MENYIMPAN BAYANGMU


Siang tadi kauhadirkan berjuta bintang
Gemerlip di dadaku
seperti siang-siang lalu
Dan getar itu masih menghentak
Walau beku

Ijinkan kusimpan bayangmu
Dalam kotak pandora hati
Hanya itu pintaku
Tak lebih


Cirebon, 15 April 2013

BERTEMU DENGANMU

JUMPA DI NYATA

Di antara degup aku menunggu engkau yang kutemui dari tumpukan kata. Ah, senyum manis dan celoteh riang hinggap dalam angan. Sebagai harapan yang selama ini tersimpan kala kita merenda asa di dunia maya. Sahabat, aku trenyuh, ditemani kesiur angin dan riuh suara knalpot kendaraan kaubelah Kota Bandung dengan menenteng tanda cinta untukku.

Dipisahkan oleh jalan raya yang mendengung kaulambaikan tangan. Duh, bergejolak rasa hati ingin segera mendekapmu. Aku resah menanti kawanan mobil dan motor itu memberimu jeda untuk menghampiriku. Sesaat kemudian, mimpi itu menjelma nyata. Aku menatapmu tajam, memeluk dan menyentuh kedua pipimu. Setelahnya, kita menikmati melodi sendau gurau, tapi sayang hanya sekejap. Ada rasa tak puas menyusup, mengentak, tapi setidaknya hari itu aku telah melihatmu secara nyata.

Mbakku, ijinkan aku memanggilmu itu. Selama napas ini masih berembus, masih ada kesempatan untuk kita memadu asa di mana pun juga. Terima kasih untuk tanda cintanya. Maafkan aku tak memberimu apa-apa.


Asia-Afrika, 17 Oktober 2013