Selasa, 08 Januari 2013

REVIEW NOVEL LAILA



Judul : LAILA
Penulis : ABRAR RIFAI
ISBN : 978-602-18755-0-6
Diterbitkan oleh Penerbit PT. AKsara Bermakna
Desain Sampul : Izzudin Abdur Rahim
Tebal : 240  lembar

MENYAMBUT TAHUN BARU BERSAMA LAILA

Tolong, jangan pernah kau tanya kenapa aku bisa suka kamu. Jangan pernah kau gugat kenapa aku bisa mencintaimu, sebab cinta itu punya logikanya sendiri untuk berproses.” (Novel Laila halaman 203).

Gigil masih bersama kala saya dekap wanita cantik berkerudung hitam. 23 Desember 2012 Laila menjadi teman di perjalanan menuju Sumedang. Rasa penasaran mulai mengusik. Saya membuka pembungkusnya dengan hati-hati, plastik itu pelan-pelan lepas, karena terhalang cahaya meremang saya hanya bisa menatapnya dan membolak-baliknya lembar demi lembar. Dia sungguh menarik berbalut baju hijau toska. 

Saat matahari mulai meninggi, barulah saya mengamati dengan sungguh-sungguh kecantikannya dan mulai membaca semua abjad yang terhampar. Laila dan umar tokoh utama dalam novel Laila. Memberikan contoh bahwa begitulah cinta seharusnya ditempatkan. Membaca Laila membawa kita sepeti berada dalam setiap adegan cerita. Dipaparkan dengan bahasa yang renyah membuat tak bosan membuka lembar demi lembar selanjutnya. Sayangnya saya yang harus menghentikan membacanya karena hawa dingin Jatinangor sudah menyergap. Sampailah saya di Hotel Puri Katulistiwa. Sementara Laila masih setia saya genggam di tangan kiri saya kala turun dari bus dan masuk menuju lobby hotel.

Rapat Koordinasi. Ya, ternyata begitu lamanya menyita waktu saya hingga membiarkan Laila tertidur nyenyak di dalam tas kerja saya. Sehari, dua hari, saya masih belum bisa menuntaskan rasa penasaran. Ya Allah, rupanya Laila masih harus lebih lama menunggu, hingga malam ini di antara dentuman suara kembang api dan petasan. Bersama laila saya sambut pergantian tahun.

Laila, Novel Inspiratif. Kalimat itu tepat sekali. Membaca Laila, saya menemukan begitu banyak hal berharga. Pemahaman agama yang disampaikan dengan kata-kata gaya anak muda membuat saya begitu nyaman membacanya . Umar, sosok laki-laki yang diceritakan begitu memukau oleh penulisnya adalah sosok laki-laki idola, laki-laki dengan prinsip yang begitu teguh. Laki-laki, yang mungkin sungguh langkah di zaman sekarang ini.

Bukan hanya soal cinta, novel ini juga membahas soal poligami, dan bagaimana islam memandang tentang seorang wanita yang lebih dahulu menyatakan cinta lewat sosok Nurul. Novel ini seperti nyata dan benar dialami oleh penulisnya. Novel ini mempunyai jiwa yang mempengaruhi pembacanya untuk terus membolak-balik mengikuti alur cinta Umar dan Laila. Cinta sejati, cinta tulus, cinta Umar kepada pengamen yang terlahir dari hasil hubungan ibunya dengan banyak laki-laki. Bertemu Umar maka Laila bertemu dengan hidayah dalam hidupnya. Kekuatan cintanya kepada Umar membuat Laila menjadi santri yang memenangkan lomba MTQ dan hafal 30 juz Alqur’an. Subhanallah!.

Cinta memberikan sinar yang begitu terangnya bagi Laila dan kesetiaan Umar membawanya mengarungi kebahagiaaan bersama Laila. Sang penulis juga terlihat sisi romantisnya pada bagian ini:
Aku bahagia sayang, mendekatlah padaku. Aku ingin memelukmu. Aku ingin mengecup keningmu. Kemarilah. Aku sudah tak sabar ingin menggandeng tanganmu, menuntunmu menuju pelaminan.” (Novel Laila halaman 239).

Seperti enggan berakhir begitulah kesan setelah membaca Novel ini, membuat saya ingin lebih mengenal diri penulisnya, dan menunggu novel-novel berikutnya. Tak ada kata selain, “Novel Laila memberi begitu banyak makna dalam setiap rangkaian huruf demi hurufnya.” Anda ingin menjadi laki-laki dan suami idola? Bila iya, Anda harus membaca novel ini.

Cirebon, 01 Januari 2013, 00.43 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar