Senin, 13 Agustus 2012

KESAN SETELAH MEMBACA PNPMIM


Selasa 03 Juli 2012. Hari menjelang sore dan saya masih asyik menekan huruf demi huruf di tuts-tuts keyboard komputer. Tiba-tiba Satpam kantor tempat saya bekerja menghampiri dan membawa bungkusan berwarna coklat. Seketika saya bahagia. Wah! Kiriman buku dari pak EWA sudah sampai. Batin saya melonjak. Saya tersenyum saat menerima bungkusan itu dan teringat baru saja tadi siang dua orang Anggota GPM Cirebon menanyakan kabar buku itu. Mereka mungkin berfirasat bukunya sudah selamat mendarat di Cirebon.

Saya pandangi dan buka pembungkusnya. Benar terlihat tumpukan buku-buku. 7 buah buku PNPMIM dan 3 buah SNIM. Wah! Saya semakin antusias karena PNPMIM tak berbaju hehe tak ada plastiknya maksudnya. Saya berencana membaca terlebih dahulu. Alhamdulillah ada manfaat bagi saya mendirikan GPM Cirebon dan saya berharap partisipasi anggota GPM Cirebon dan warga Cirebon agar mendapat manfaat juga. Selepas anak saya tertidur. Saya labuhkan rasa penasaran saya yang sudah tak tertahankan. Saya buka lembar demi lembar buku itu. Pukul 11.30 malam saya sudah selesai melahap semua isi buku. Wow! Itu komentar saya. PNPMIM ternyata ditulis oleh 26 Penulis termasuk pak EWA. Setelah membaca saya mulai tergelitik menuliskan kesan saya.

Ada rasa iri menyergap hati saya karena dalam buku itu tidak ada nama saya sebagai penulisnya. Namun saya beruntung bisa membaca karya mereka orang-orang hebat menurut saya karena apa yang mereka tulis adalah proses belajar mereka sehingga terciptalah tulisan itu. Mustahil menuliskan tanpa mengalaminya terlebih dahulu. “Mengalaminya terlebih dahulu” istilah di sini sama dengan istilah pak EWA “Menulis di Otak” saya semakin tersadar saat membaca ungkapan “Jangan memikirkan apa yang akan ditulis, tetapi tuliskan apa (yang disimpan) di otak” (Kata Pengantar PNPMIM Halaman V). Nah loh! Kalau saja kita benar-benar menuliskan apa saja yang tersimpan di memori otak kita pasti akan tercipta banyak hasil karya dan selama kita masih hidup selama itu pula apa yang kita alami adalah masa kita sedang menulis di memori otak kita.

Namun  apakah kita mau menulis (melakukan?) kalimat yang saya temui di PNPMIM halaman 3. Melakukan di sini menurut saya adalah memindahkan apa yang kita tulis di otak ke media apa saja. Bisa berupa pulpen dan kertas, Komputer, Laptop ataupun Mesin ketik dengan menggerakkan jemari menguntai kata demi kata karena tidak akan tercipta sebuah tulisan bila kita tidak melakukannya.
Saya juga setuju menulis adalah solusi murah meriah bagi katarsis, menenangkan dan menyenangkan diri. Saya sudah mengalami sendiri. Di era zaman yang serba mahal seperti sekarang. Dengan gratis saya bisa mendapatkan kesenangan manakala apa yang menyiksa dalam hati tercurahkan melalui tulisan. Gak percaya? Coba lakukan. Apalagi bila tulisan kita dibaca orang lain. Di saat oranglain rela membayar mahal unutk menyenangkan hatinya. Ternyata dengan menulis saya bisa menyenangkan hati saya tanpa bayar. Mengurangi beban. Menjadikan hati lebih tenteram dari sebelum menulis. Menulis mencurahkan isi hati? Kenapa tidak? Buat saya sah-sah saja.

Lalu menulis membangun diri menguatkan pembelajaran (PNPMIM halaman 86). Saya sedang proses belajar menulis. Berarti saya juga belajar memenej waktu saya. Saya seorang ibu rumah tangga dan bekerja di sebuah kantor  dan hanya memiliki media kertas dan pulpen bila di rumah. Dengan begitu saya sangat memanfaatkan waktu luang saya di kantor. Agar saya tidak lupa saat di rumah saya akan menuliskan apa saja yang ingin saya tulis pada kertas dan pulpen dan di saat saya selesai mengerjakan tugas-tugas di Kantor barulah saya pindahkan di komputer. Nah loh, ribet? Tidak juga. Nyatanya saya nyaman-nyaman saja. Tugas kantor yang seabreg juga lancar. Alhamdulillah saya lebih bahagia.

Kemudian dengan membaca PNPMIM semakin memantapkan hati saya bahwa menulis itu mudah. Alhamdulillah Allah berkenan mempertemukan saya dengan pak EWA di GPM. Coba kalau saya tidak tertarik menulis bagaimana saya bisa mengenal beliau? Mustahil sepertinya walau memang tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Akhirnya beruntunglah mereka yang mendapat buku gratis dari pak EWA dan beruntunglah mereka yang mau menulis di otak dan melakukan dengan memindahkan menjadi tulisan untuk dibaca orang lain. Betapa bangganya bila tulisan kita dapat memberi manfaat bagi orang lain.
Marilah kita menulis. Mulailah dengan menulis di otak lalu pindahkan ke media apa saja jadilah hasil karya. Selamat menulis. Pasti terasa nikmatnya.

Cirebon, 09 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar