Senin, 13 Agustus 2012

KESAN SETELAH MEMBACA PENGHAPUS MENDUNG (BAGIAN I)


Tanggal 15 Juni 2012 tepatnya saya menerima kiriman buku dari pak Heri Cahyo. Dua buku dengan ukuran yang berbeda. Saya tergelitik dengan buku yang ukurannya lebih kecil. "Penghapus Mendung" begitulah judul buku itu. Bagaimana saya tidak tergoda di buku dengan ukuran mini itu berisi 45 kisah motivasi dan inspiratif dari 45 penulis yang tergabung di Grup PNBB.Wah!

Penasaran kan? saya juga. Ada rasa yang mengaduk-aduk hati saya untuk segera menyentuh, membelai dan membuka lembar demi lembar buku itu. Eit, sisi hati saya yang lain mengingatkan. "Ning, ingat rencana novelmu bagaimana?" Ya karena saat itu saya sedang persiapan menulis novel yang akan diposting tanggal 01 Juli 2012 di GPM Cirebon.

Waduh! saya terpaksa menahan dan meredam keinginan hati saya. Buku itu saya simpan satu bendel dalam map plastik yang tiap hari saya bawa ke kantor beserta tulisan-tulisan saya. Saya abaikan perasaan saya untuk menelanjangi buku itu. Oops porno ya, hehehe. maaf!. Hmm, lagi-lagi buku itu benar-benar mempunyai magnet menarik hati saya untuk membacanya. Akhirnya saya menyerah, tadi malam saya mulai iseng membuka. Apa yang terjadi? tunggu!

Baru membuka sampul depan. lalu sampul dalam. Saya terperanjat. Saya sudah disuguhi puisi yang penuh inspirasi. Kata pengantar yang menginspirasi dan Prolog yang juga penuh motivasi. Ckckck, bagaimana isinya? Saya tambah penasaran.

Ayuk kita mulai bahas satu persatu. Tulisan pertama karya Eko Iman Suryanto dengan judul "Gak Punya Ongkos Pulang" berhasil melambungkan ingatan saya saat merantau juga. Lalu tulisan kedua karya Evyta Ar "Melangit Asa". Subhanallah! Saya menangis membacanya. Saya serasa menjadi dia. Saya terkesima. Sungguh benar Allah tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya bila tak mampu menanggungnya. Puisinya menyentuh hati saya. Tulisannya sangat menginspirasi. Saya yang sehat walafiat harus bisa mensyukuri hidup dan menciptakan karya lebih baik dari dia. Nal loh, saja jadi melow.

Lanjut ke tulisan berikutnya. "Prestasi ≠ Kebetulan”.  Karya Indah Andriani. Saya salut dengan kakak kelasnya yang memotivasi dan setuju dengan pernyataannya ini :
“Dik, Prestasi itu bukan sebuah kebetulan. Prestasi itu dibangun dari sebuah kerja keras yang panjang. Jadi gak ada itu prestasi yang kebetulan. Semua dalam hidup ini merupakan sebab akibat dik dan Adik pantas mendapatkannya karena Adik berjuang lebih keras dibandingkan teman-teman Adik”. Walaupun menurut saya ada kesalahan dalam pemakaian tanda baca dalam tulisan Indah. Namun semua terabaikan. Yang penting isinya Bung. Begitulah seperti kata pak Ersis Wirmansyah Abas mneulis ya menulis saja. Jangan tanya ini itu. Lanjut.

Tulisan keempat “Wanita berhati Baja” karya Citra Dewi. Subhannallah! Saya merinding membaca tulisan ini. Lagi-lagi membawa saya merasakan apa yang dialami Bu Irma. Saya setuju untuk julukan Citra Dewi kepada Bu Irma “Wanita berhati Baja”. Penasaran? kalau penasaran silahkan hubungi Mas Akung Krisna. Hehehe. Selanjutnya sebuah  “Mantra Bahagia” karya Ratu Marfuah. Saya suka Endingnya “Hidup itu adalah menjalani jalan-Nya. Bertambah bahagia setiap waktu” Tentu. Salam buat seseorang yang membawa kebaruan ya Ratu. Masih mau lanjut? Lanjut ya.

“Perjuangan selepas lulus kuliah” karya Vina N Istighfarini. Membaca tulisan ini saya langsung ingat lagu D”Masiv. “Jangan menyerah... Jangan menyerah. Hidup adalah Anugerah” Ya begitulah selayaknya hidup. Wah! Harus berhenti dulu bacanya. Nanti kita lanjut lagi ya. Bagaimana baru 6 tulisan sudah asyik kan? makanya saya merekomendasikan buku ini untuk teman-teman. Gak rugi dech pokoknya.


Bersambung .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar