Minggu, 10 Juli 2016

UNTUK MEREKA YANG KUKASIHI

Ini malam yang begitu sunyi. Segala kenang terlintas begitu saja. Orangtua, Kakak, Adik yang semuanya tak dapat dipeluk. Ah, hanya doa dari jauh yang mampu menghubungkan kita. Bapak dan Mamak, semoga bahagia di sana. Lalu, Kakak perempuanku satu-satunya. Betapa ingin kutatap lagi wajah ayumu. Sosokmu yang selalu dikagumi banyak pria dulu. Lalu, adik laki-lakiku yang lamat-lamat kudengar senandung kepedihan. Ah, masih saja terngiang, entah kapan senandung itu akan terganti, tapi Kakakmu ini selalu mendoakan agar kalian menemukan muara perjalanan dan tujuan hidup ini. Adik perempuanku satu-satunya, yang tinggal di kota yang sama denganku kini, entah sudah berapa banyak nasihat dan bantuan yang kuberikan untukmu. Namun, seberapa keras aku berusaha mengubah jalan hidupmu, tapi semuanya kembali kepadamu. Bila kini kau temukan duri melukai kaki-kakimu anggaplah itu sebagai ujian untukmu menjadi lebih dewasa.

Aku hanya menyimpan kisah kita yang telah kutulis di lembar-lembar kertas buram. Lama tak kubaca, sebab bila kubuka kembali maka air mataku akan menetes, mengalir, membasahi wajahku. Kita telah sama-sama dewasa, telah memiliki jalan kehidupan masing-masing. Tidak lagi berada pada rumah yang sama. Pada situasi yang sama. Juga pada keadaan yang sama. Namun, masih aku simpan segala kenang tentang kita. Tak mampu aku membuangnya. Kalian yang terpisah jarak jutaan depa, tapi begitu lekat di hatiku.

Maka doakanlah aku bisa memeluk kalian lagi entah kapan itu. Aku berharap kita bertemu lagi dengan perasaan bahagia. Tidak ada lagi air mata kesedihan tapi air mata keharuan. Semoga.

Cirebon, 11 Juli 2016. Untuk mereka yang kukasihi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar