Rabu, 13 Februari 2013

PENGAKUAN DIRI SETELAH MEMBACA INDONESIA MENULIS (PERJALANAN SPIRITUAL)

PENGAKUAN DIRI SETELAH MEMBACA INDONESIA MENULIS (PERJALANAN SPIRITUAL)


Dua buku dari enam buku kiriman Pak EWA sudah selesai saya lahap. Masing-masing buku saya baca dalam waktu sekali duduk, maksudnya langsung selesai dibaca tanpa disela dengan aktivitas lainnya. Tentunya saya lakukan di saat anak-anak sudah tidur. Aktivitas pagi saya yang bekerja sampai sore dan dilanjutkan kuliah di malam hari tak mengurangi minat saya untuk mencari tahu isi buku “INDONESIA MENULIS (PERJALANAN SPIRITUAL)”. Dini hari tadi pagi tepatnya pukul 01.00 WIB saya selesai membaca buku itu.

Berhamburan rasa melingkupi hati saya. Bagaimana tidak? Membaca buku itu seakan saya berada di beberapa tempat di Jawa Timur. Buku itu membawa saya menikmati perjalanan tour de jatim dalam gerakan Indonesia Menulis dan saya seperti ada di antara mereka. Tour de jatim yang dilaksanakan di beberapa universitas dan pesantren di Jawa Timur itu menyajikan kisah para penggiatnya ditambah foto-foto pelaksanaan terasa nikmat untuk dilahap. Terlebih di bab terakhir buku itu masing-masing penggiat tour de jatim menuliskan kesaksiannya.

Terbersit keinginan dalam hati saya. Nama saya harus ada dalam Buku Indonesia Menulis selanjutnya. Harus! Mungkin keinginan yang terlalu besar, tapi bukankah hal yang baik bila kita mempunyai keinginan sebagai wujud menggairahkan kehidupan. Bagi saya GPM adalah grup kepenulisan yang mempunyai nilai history. Mengenal Pak EWA di GPM adalah saat yang saya sebut masa pembangkitan semangat menulis saya. Saya yang anggota baru dipercaya oleh beliau untuk tantangan membuat buku dengan memposting tulisan setiap hari beserta empat teman saya lainnya yang beliau sebut Lima Srikandi GPM.

Di awal Juli tahun 2012 tulisan kami mulai diposting. Saat itu saya hanya menuliskan apa yang ada di otak saya dan dengan pede menyebut tulisan yang saya posting selama 45 hari itu sebagai naskah novel. Dari sanalah proses itu bermula, saya belajar dari komentar teman-teman yang membaca. Walaupun baru berupa naskah, tapi hal itu yang memicu saya terus menulis hingga di awal Februari tahun ini saya menyelesaikan satu naskah novel lagi yang saya kirimkan mengikuti lomba novel Bentang Pustaka. Apapun hasilnya saya tetap akan bahagia karena saya telah menuliskannya. Bukankah menulis adalah melakukan begitulah kata Pak EWA dan masih mengutip tulisan beliau bahwa menulis adalah proses belajar. Saya lagi-lagi setuju.

Lalu kepercayaan beliau tidak hanya sampai di situ. Beliau memberikan amanah kepada saya untuk menghimpun karya teman-teman dalam rencana antologi cerpen GPM dan saat beliau menawarkan pembentukan GPM Cirebon saya menyetujui dengan harapan teman-teman dapat termotivasi seperti saya. Adapun kegagalan saya sampai hari ini adalah belum terkumpulnya tulisan-tulisan teman-teman GPM Cirebon yang telah diterbitkan menjadi buku.

Dari semua pengakuan itu, sebuah pertanyaan mengganjal hati saya. Apakah teman-teman GPM Cirebon siap membantu mewujudkan mimpi saya? GPM Cirebon dan anggotanya akan menjadi bagian dalam gerakan Indonesia Menulis selanjutnya. Semoga, karena saya percaya tak ada yang tak mungkin bila Allah menghendaki. Amin. Akhirnya saya tuntaskan curhatan ini dengan harapan.

Cirebon, 13 Pebruari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar