Selasa, 27 Oktober 2015

TENTANG MALAM

(1)
Ada ruam-ruam perih menggigit hati. Entah, kenapa sedih begitu mudah menghampiri. Saat diri tak lagi bahagia bernaung pada satu tempat. Ke manakah hendak berlari. Sedang kaki masih tertancap pada janji.

Dan lagi akan ke mana kaulabuhkan air mata dua hati, bila tak dalam pelukanmu. Maka, bertahanlah di sana. Bukankah kau telah berjanji bahwa kau akan menyulam bening kristal dari matamu untuk senyum ranum mereka. Bila iya, usah gelisah sebab esok masih akan kembali.


Malam yang menjadi tempat kau rebahkan asa, memberi jeda tuk lupakan semua. Dengan lelap kau akan kembali ceria sebab ada doa-doa yang menjaga.


(2)

Rasanya begitu sulit melupakan. Di bilik hatimu yang manakah kau tempatkan aku? Sedang mengingat segala yang terjadi antara kita membuat aku kesulitan bernapas.

Sedang ini malam yang masih menyisakan gigil. Sedang aku kehilangan hangat sapamu. Ah, mungkin engkau lupa mengirimkannya atau udara tak ingin menyampaikannya?

Setiap kali kauingatkan tentang bayang-bayang itu. Aku terkesiap. Ada yang perih di hati ini. Ah, aku tahu bahwa di sanalah duniaku. Tempat aku harus menyerahkan jiwa dan raga. Namun, aku sudah tidak bisa tapi aku pun tak hendak mencari tempat lain. Mungkin menurutmu aku begitu rumit dan sulit dimengerti. Ya, bisa jadi.


Mendadak dada ini seperti balon yang kelebihan udara, sesak, mual dan entah. Ah, mari tidur saja dan melabuhkan rasa luka pada pekat malam hingga saat mentari datang, luka pun turut hilang.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar