Rabu, 30 September 2015

TULISAN YANG KATANYA SEDIKIT NAKAL

(1) 

Aroma sabun yang menyeruak selalu mengingatkan aku ketika kita mandi berdua. Ah, sayang, begitu tak terlupa. Saat kau menyentuh dan membelai setiap inci tubuhku. Kau begitu sabar memandikan aku. Sementara ketika kau membersihkan punggungku. Aku memelukmu erat.

(2)

Suatu ketika kita pernah berdua di sebuah kamar dengan tempat tidur bersprei putih. Wangi aroma parfum essens menyeruak, harum pewangi sebuah produk. Aku mengenalnya. Kau menatapku lekat. Lalu meremas jemariku dan menciumnya. Begitu lembut. Kurasakan hangat bibirmu menciptakan hentakan-hentakan ke dadaku melalui aliran darah. Ah, aku menikmati detik demi detik. Sedang di luar gerimis mengetuk-ngetuk jendela seakan ingin tahu apa yang kita lakukan. Bersambung

Minggu, 27 September 2015

GADO-GADO

Ada beberapa orang yang menikmati status-status saya di sebuah media sosial dan mereka menyarankan agar dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku. Hahaha, amin, amin, tapi sementara ini biarkanlah saya kumpulkan di sini: 

Kamu menikmati degub-degub di dadamu. Perasaan yang mengaduk-aduk emosi. Ujung bibirmu melebar, melengkung dengan bentuk yang menarik mata yang memandang ketika seseorang menyapamu. Kamu manis, pujian yang selalu kau dengar dari seseorang di sekelilingmu. Hanya saja mereka tidak tahu ada begitu banyak luka yang kausimpan.

Mungkin seperti inilah cara yang Allah berikan untuk melupakan semuanya pelan-pelan. Selalu ada hal yang bisa dipelajari dari setiap hal, setiap orang, setiap kejadian.

Ini pagi yang nuansanya muram. Namun, apakah kau akan menghabiskan hari-hari dengan air mata. Sebab segalanya tak akan menunggumu. Semangatlah dan berbahagialah. Syukuri nikmat Tuhan yang kauterima. Yang pergi biarkan pergi. Aku tahu kau juga tak akan tega menolak saat dia ingin kembali. Jadi, tersenyumlah dan hitung sudah berapa banyak orang yang kauberi senyuman pagi ini.

Suatu ketika kau sering mengirimkan bait-bait puisi ke inbox ku. Ya, aku senang membacanya, tapi hanya ucapan terima kasih yang bisa kuberi. Sampai akhirnya kau mulai lindap dan hilang. Jujur aku kehilangan puisi-puisimu. Namun, aku tahu, cara itu yang terbaik untukmu. Semoga kau bahagia.

Ya, aku memang sudah lama di sini, di tempat dulu kau menemaniku mengukir pelangi sampai akhirnya kau lelah dan pergi, tapi dari sekian orang yang aku kenal kau memberi banyak pelajaran. 
Aku tak menyesal mengenalmu, maaf bila aku tak pernah bisa menemuimu. Untuk seseorang di Yokyakarta.

Dan lagi sayup-sayup kudengar kabarmu. Aku tahu kau masih sendiri. Bahkan kau sekali waktu mencari informasi dari Fe, temanku. Mungkin lebih baik kita terhalang bisu sebab kita tak dibolehkan merasakan gemuruh.

Bagimana aku bisa lupa wangi tubuhmu yang dulu selalu menghangatkan tubuhku. Kau yang pertama dan aku masih di sini tak hendak mencari yang lainnya. Sepahit apa pun, aku akan selalu menjaga kenangan itu tetap ada. Entah akan seperti apa perjalanan hidup kita dan seberapa banyak godaannya. Atau mungkin aku masih harus hanyut di lautan air mata. Harapan seorang wanita.

Lalu hubungan seperti apa yang hendak kaujalin dengan seorang wanita yang statusnya masih menikah? Mungkin hanya hubungan sementara atau hanya main-main saja. Ah, sebaiknya jauhi sajalah. Kau akan terluka.

Entah apa yang akan terjadi esok hari, tapi saat embun pagi mencumbu dedaunan saat itu kuharap kau datang mengecup bibirku hangat.

Ketika engkau memilih pergi bagaimana aku bisa menahanmu? sebab aku tahu tak ada yang bisa aku janjikan. Selamat tinggal. Aku akan selalu mendoakan untuk kebaikanmu.

Seringkali kau menunggu kantor sepi. Setelahnya kau akan puas menangis dan pulang ke rumah dengan senyum manis seperti tak terjadi apa-apa agar anak-anakmu tak tahu kalau kau baru saja menangis dan mereka tak harus bertanya kau menangis kenapa.

Takbir yang berkumandang membuat air matamu meleleh. Ah, sedang apa dia di sana? Salahkan bila aku mengingatnya, hanya mengingat segala kebaikannya telah menyediakan mata untuk membaca keluh kesahku bertahun-tahun dan telinganya untuk mendengar tangisanku. Apakah itu dosa Tuhan? menyimpan kenangan itu di hatiku. Sebab untuk bertemu pun aku tidak mampu. Tolong jaga dia.

Janganlah menangis untuk orang yang tidak pantas ditangisi, tapi menangislah untuk hal yang memang pantas. Siapa pun yang sudah pergi sebaik apa pun berarti bukan yang terbaik untukmu. Saat ini yang masih di sampingmu itu yang terbaik. Semoga kau bisa lebih ikhlas. Seperti makna dari Idul Adha. Tersenyumlah.

Ini malam yang begitu sepi bahkan gema suara takbir telah terhenti. Namun, ada yang begitu riuh di dada dan pikiranku. Tentang segala hal yang telah terjadi, ya, tapi merenungkan dan mengkaji diri membuat sesak sedikit berkurang.

Setelah seharian ini dijejali dengan segala kesibukan, kau masih saja mengingatnya, menangis adalah ritual yang tidak pernah terlewat. Entah, kau tak ingin melakukannya, tapi air matamu menetes begitu saja. Mengapa harus begini akhirnya?

Mungkin karena kau terlalu tertutup. Kau butuh orang lain untuk bercerita atau mungkin dengan menulis kau akan merasa tenang.

Kau hanya bisa menatapnya kini, menyapanya pun kau merasa tak mungkin lagi. Ya, dia sudah mengundurkan diri dari hidupmu untuk selamanya. Mengapa kau masih memikirkannya?

Aku tahu begitu banyak kenangan antara kau dan dia. Wangi tubuhnya, pelukan hangatnya, bagaimana bibirnya mencumbumu, bagaimana kau mendesah karenanya. Ya, itu terjadi saat hubungan kalian masih baik-baik saja. Namun, dia sudah pergi, walau ada yang tertinggal di dirimu, coba lupakanlah.

Aku masih ingat ketika kau ke rumahku setelah kita lama tak ketemu. Waktu itu gerimis, kau cerita sembari menangis, kau tidak bahagia, ah, aku sedih melihatmu, lalu tiba-tiba matamu berbinar, bibirmu yang tipis berucap, "aku ke sini mau ketemu sama dia juga, Mbak." Ah, waktu itu, aku kehilangan kata sebab beberapa menit kemudian kau pamit, berjingkat dengan hak tinggimu di antara jalanan yang sedikit becek. Aku belakangan tahu, kau rela melakukannya karena kau mencintainya sedang aku, masih saja di tempat yang sama bertahun-tahun.

Namun, aku kini tahu petualangan cintamu semakin membuatmu luka. Ah, Adikku. Semoga suatu saat kau bertemu dengan cinta sejatimu. Kalau aku biarlah tetap di sini saja.
Kau tidak sendirian di dunia ini, asal kau buka hatimu, lakukan segalanya dengan ketulusan, semesta akan mendukungmu

Dulu di komunitas menulis aku sering dipanggil Bunda. Mereka anak-anakku yang masih kuliah dan sekolah. Aku kangen kalian anak-anakku. Bunda kalian yang sekarang bukanlah Bunda kalian yang dulu. Semoga kalian tahu Bunda punya alasan meninggalkan kalian. Bukan karena tidak sayang. Bunda masih memantau kalian dari jauh dengan diam-diam.

Ketika ada seseorang yang bilang kalau dia cemburu padamu. Kau hanya bisa meminta maaf telah membuatnya cemburu sebab kau tidak pernah bermaksud seperti itu. Kalau dia menjauh karena itu. Kau pun tak bisa berbuat apa-apa. Sebab kau tak pernah berniat menyakitinya atau siapa pun.

Malam telah merayapi dinding waktu, tak ada rangkaian diksi yang mampu kutulis di sini, mungkin hanya ucapan rasa syukur karena masih sehat walau dengan begitu banyak aktivitas. Sebab kadang ada yang datang membuat aku susah bergerak. Ah, apa kabar teman-teman? Masihkah kalian semangat? Masihkah kalian percaya bahwa selalu ada bahagia setelah luka? Semoga saja masih ya? Sepertiku yang selalu percaya bahwa Tuhan tidak membiarkanku benar-benar patah.

Selalu ada jalan membuatmu bertemu dengan seseorang. Itulah kehidupan, kadang kau dibiarkan mengenal orang-orang yang membuatmu luka, tapi pasti ada bahagia juga sebelum luka itu. Sebab bagaimana bisa kau membiarkan dia membuatmu terluka bila dia bukan orang yang pernah membuatmu bahagia? Coba tanya hatimu.

Jadi karena luka dan bahagia selalu beriringan maka nikmati saja. :) akan ada akhir dari segalanya. Percayalah!

Dini hari yang bisu, ah, kadang karena cinta kau rela melakukan hal yang tak terduga. Tetap mengirim pesan setiap hari walau dia tidak membalasnya. Namun, hanya itu cara yang bisa kaulakukan. Caramu mencintainya.

Mungkin kau merasa orang yang tidak bahagia, tapi kau mencoba menikmati sebab kau tahu hidup bukan tentang memenuhi semua keinginanmu tapi bagaimana kau bisa bahagia dengan apa yang kau punya saat ini.

Kau pernah kepakkan sayapku melintasi gunung, pantai, laut, dan samudra. Kau membuat aku terbang melayang ah, aku kehilangan sayapku tak lag bisa melintasi laut biru tahukah kau, Kekasih? Pendar di hatiku masih menyala membakar sendi-sendi di tubuhku meninggalkan luka yang kadang tak kurasa aku rindu dirimu yang dulu sungguh. 

Mengennagmu serupa dengan mengundang banjir di wajahku. Aku terhanyut oleh arus yang membuat susah bernapas. Namun, ini bagian yang tertinggal darimu. Itu kenapa aku ta pernah membuangnya. Seiring waktu yang terus melaju seiring itu pula kusimpan kau dan segala tentangmu. Di sini di ruang hati yang menjadi milikmu.

Ketika embun mencumbu daun-daun, aku bergumul dengan kenanganmu. Bersetubuh dengan sepi. Menikmati perih. Perih yang menjadi bulir-bulir di pipi. Mengalir perlahan, ah terasa hangat.
Ijinkanlah aku tetap mencintai dan menyanyangimu.

Sehabis mandi seperti ini, saat aroma wangi menguar dari lekuk-lekuk tubuhku, aku membayangkan kau memelukmu erat, mengecup keningku hangat. Setelah itu, mungkin kau tahu kelanjutannya. Aku tak perlu menuliskan.

Cinta tak pernah bisa diminta, tidak pernah bisa memilih kepada siapa akan diberikan, cinta adalah perasaan yang kadang tetap ada walau harus penuh air mata.

Walau penuh air mata, cinta selalu saja enggan pergi sebab mencintai semestinya tidak akan berubah hanya karena situasi atau pun hal lainnya. Saatnya cinta akan pergi dengan sendirinya tapi setelah melalui perjuangan-perjuangan yang sangat tidak mudah. Itu menurutku, itu caraku mencintai.

Dan dari sekian banyak cinta yang ditawarkan untukmu. Kau tak menerimanya sebab sebagai kekasih kau tak pantas membagi-bagikan cintamu. Namun, sebagai manusia kau wajib mencintai semua ciptaan-Nya, bukan hanya sesama manusia tetapi juga makhluk lainnya.

Kau menghapus air mata di pipimu. Kau memang lelah. Sampai kapan semua ini akan berakhir. Berkali kau bangkit. Berkali kau disakiti. 12 tahun sudah. Apa karena kau masih saja bertahan membuat dia tak sedikit pun menghargaimu? Ah, jangan lakukan hal bodoh itu. Percayalah Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan tidak akan menguji orang yang tidak mampu menghadapinya. Kau orang pilihan. Abaikan saja. Yang terpenting dua buah hatimu. Abaikan sakit hatimu.

Aku menyebutmu penyeimbangku. Aku selalu berdoa untuk kebaikanmu. Tanpa kau minta pun aku selalu melakukannya. Sebab kau dan aku berada di frekwensi yang sama. Maaf kalau aku mencuri kalimatmu.

Kadang karena hancur dan patah, kita begitu mudah percaya orang lain, tapi kadang karena terlalu sering merasakan luka membuat kita ragu untuk percaya orang lain. Namun, satu yang pasti kita membutuhkan orang lain. Jadi, jangan simpan segalanya sendirian, aku cuma takut kau tidak kuat menghadapinya. Keluarkan beban yang menggunung di dadamu. Biarkan udara memasuki rongga-rongganya.

Jarak tidak menjadi penghalang untuk terikat secara emosional. Yang jauh terasa dekat, tapi yang dekat terasa jauh. Semua itu hanya terletak pada komunikasi. Bagaimana denganmu dan pasanganmu? Sudahkah berkomunikasi?

Kau memang tak biasa menulis tentang binar-binar bahagia. Rasanya begitu hambar mungkin karena kau lupa bagaimana rasa bahagia itu. Ah, tapi, seharusnya kau bisa sebab selalu ada dua sisi yang beriringan dalam hidup ini.

Aku kangen kamu yang menyala-nyala seperti dulu.

Malam ini ijinkan aku mendekapmu erat. Belailah rambutku sampai aku terlelap. Setelah lelap, kecuplah keningku dan teruslah dekap aku. Biar kurasakan kedamaian karena hangatmu.

Dari malam tadi tidur gak bisa nyenyak, kebangun lagi, kebangun lagi. Dan yang menyakitkan pagi ini kebangun dengan perasaan luka. Entah apa penyebabnya. Bahkan terasa begitu sesak.

Ah, tak baik juga mengharapkan orang lain untuk mencintaimu. Saat ini mungkin kau butuh waktu untuk dirimu sendiri. Namun, untuk itu pun kau tidak bisa. Begitu banyak tanggungjawab yang sudah menantimu. Menangislah bila kau ingin menangis. Jangan pernah merasa lelah sebab hidup adalah anugrah.



Kamis, 10 September 2015

UNTUKMU YANG TERSAYANG

Senja baru saja menghilang dan malam telah datang memenjarakan matahari. Namun, tahukah kamu, Sayang? Rasa rindu di hati ini tidak pernah terganti, tumbuh dan semakin tumbuh.

Malam ini rebahlah di sampingku, Sayang. Aku mengecup keningmu, mendekapmu erat dengan napas lembut. Kau membelai rambutku sampai terlelap. Setelahnya aku tak ingat apa-apa. Sampai kurasakan kecupan hangat di bibirku. Oh, itu bibirmu dan hangat napasmu. Aku bahagia sebahagia mentari menyambut pagi.


Lelaplah, Sayang. Tidurlah dalam rengkuhku. Sembari kulantunkan doa-doa keselamatanmu. Setelahnya aku mengecupmu penuh sayang.


Cirebon, 10 September 2015

Rabu, 09 September 2015

MENERIMA TAKDIRMU

Gigil masih kuasai
Sedang hati juga perih
Duh, gusti
Air mata tak lagi temani
Kadang lelah menapaki
Jalan yang kau pilih
Entah, haruskah aku pergi
Tapi engkau inginkan aku di sini
Lalu, bagaimana lagi
Selain menerima takdir ini


Cirebon, 9 September 2015

Selasa, 08 September 2015

KIDUNG UNTUKMU SAYANG

aku memelukmu lelaplah di dadaku Sayang aku belai rambutmu kunyanyikan kidung cinta kasih antara kau dan aku pejamkan matamu

Cirebon, 08 September 2015

Minggu, 06 September 2015

PASRAH

Ke mana hendak kuberlari
menuju muara gelisah hati
kecuali hanya kepada-Mu
yang begitu mencintai

Ah, cintamu tanpa syarat

hingga membuat aku sekarat
sampai ke sendi-sendi tubuhku
nyeri beku
jari-jariku belum kembali utuh

aku mengerti
ini wujud cinta kasih
akan kunikmati
sampai waktuku berhenti

Ranjang bisu,  06 September 2015