Senin, 17 Agustus 2015

UNGKAPAN

Bisa jadi engkau merasa takut untuk dekat dengan seseorang, ya, takut, sebab kau tak ingin menambah rumit keadaanmu. Lalu, saat begitu banyak sesak di dada kau akan mencari kertas, menulis lembar demi lembar, ya, berkali kau meyakinkan dirimu kalau Tuhan selalu bersamamu.

Mungkin benar, setelah kamu memilih ada begitu banyak pilihan yang lebih baik datang. Namun, apakah serta merta dapat mengubah apa yang telah diputuskan sedang hatimu terlanjur terkunci. Walaupun dulu pernah ada yang menetap tapi dia menyakitimu teramat sakit hingga kau tak mampu menghapus jejak itu dan membuang kunci hatimu ke dasar laut.

Lagi, kau hanya bisa menulis di sini. Mengurai kesedihanmu dalam lembar-lembar kertas.Tak ada yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri. Nikmatilah. Sebab hidupmu kau sendiri yang menentukan.

KALIAN DAN NOVEL-NOVEL KALIAN

Selamat pagi!

Ini hari yang rasanya ada yang beda. Di kantor begitu ramai, tapi aku masih saja merasa sepi. Entah kenapa. Ingin sekali menulis banyak hal sebenarnya, tapi begitu sulit memulainya. Ternyata benar menulis itu seperti pisau yang bila tak digunakan akan berkarat dan bila diasah akan tajam kembali.

Ya, belum menyelesaikan membaca novel hadiah dari seseorang yang kukenal di dunia maya. Seseorang yang begitu giat menulis. Aku mengenalnya di grup Axara Saung Emas. Grup menulis yang kami dirikan untuk belajar. Lalu, kami bertemu lagi di Kobimo (Kelas Online Bimbingan Menulis Novel). Sama-sama menjadi pengurus di Kobimo, dia satpam Kobimo yang tegas dan Pengasuh ruang curhat yang sabar meladeni banyak keluhan. Ah, masa yang indah saat itu sampai akhirnya saya memutuskan keluar karena kesehatan saya.

Saya ikut senang sebab banyak dari teman-teman Kobimo yang berhasil membuat novel dan lolos di ajang lomba atau pun lolos ke penerbit mayor. Sementara saya semakin lindap, bergumul dengan kenangan tentang mereka. Adapun Mas Redy Ugeng Kuswanto yang menjadi pemenang pertama lomba seberapa Indonesia kah dirimu? menghadiahkan novel perdananya itu sudah beberapa bulan yang lalu. Hanya saja ada yang tidak beres di kepala saya yang membuatnya sangat sakit bila baca terlalu banyak karena itulah hingga detik ini belum selesai membacanya, Maafkan saya Mas Redy.

Ada nama saya tertera di ucapan terima kasih. Ini kedua kalinya setelah novel karya Hengki Kumayandi, founder Kobimo, TELL YOUR FATHER I AM MOESLIM yang juga belum s
aya buatkan resensinya. Oh, itu juga karena agak sulit menyimpan di memori otak saya. Hahaha, mungkin saya sudah mulai lowbat.

Baiklah, saya hanya ingin mengabadikan novel mereka di sini  sementara foto penampakan novel itu dan saya saja ya sebelum membuat reviewnya
hehehe.