Selasa, 16 Desember 2014

KESEPIAN YANG MEMPERTEMUKAN KITA

Kesepian yang mempertemukan kita.

Bisa jadi kalimat itu yang tepat, tapi mungkin juga tidak. Dalam perjalanan hidup saya menemukan begitu banyak orang-orang. Dari dunia nyata ataupun maya. Di dunia nyata saya memang membatasi pergaulan, bisa juga dibilang kaku. Begitulah yang mereka katakan manakala saya menolak diajak makan berdua antara laki-laki dan perempuan. Lalu di pertengahan tahun 2012 saya terjerembab pada satu tempat dimana saya menyerahkan begitu banyak waktu dan tenaga. Saya ikhlas melakukannya.

Hanya saja, ketika saya menemukan sekelompok anak muda. Yang dari mereka saya menemukan kebahagiaan. Saya mulai mengistimewakan, memberi mereka ruang yang berlebih di hati saya. Ah, bahkan secara emosi, saya terikat dengan mereka. Lalu, mereka benar-benar merajai hati saya.

Saat dua orang dari mereka memutuskan meninggalkan komunitas itu bahkan saya mencoba merayu-rayu untuk kembali. Mereka kembali. Lalu keluar lagi. Saya merayu lagi. Namun suatu ketika saat sebagian dari mereka sudah berada di posisi yang hampir sama dengan saya. Dari sana mulai ada yang berubah. Saya tercekat. Mereka tidak lagi menghormati saya. Mereka menghina.

Ya, Tuhan. Saya mulai menjauhi mereka pelan-pelan. Juga komunitas itu. Namun, saya masih sayang mereka dan komunitas itu sehingga suatu hari saya membeberkan tentang diri saya yang sesungguhnya. Apa yang terjadi. Mereka beramai-ramai membuat status menghina saya. Ah, rasanya cukup sudah. Saya tidah tahan.

Terserah apa anggapan orang lain. Saya manusia biasa. Saya ingin tenang. Mulailah saya menjauh hingga detik ini. Tak lagi mudah percaya. Tidak lagi. Sebab karena kesepian yang mempertemukan kami biarlah kesepian pula yang memisahkannya.

Kamis, 11 Desember 2014

DOA DI PAGI INI

Pagi ini masih berkabut mungkin sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Namun, ada yang menambah muram ketika aku mengingat kalian. Ya, memang aku belum pernah bertemu, tapi bagaimanapun kalian pernah begitu nyata ada di hatiku.

Ya, apa hendak dikata bila kini kita bahkan tak saling menyapa. Aku tak menganggap aku yang salah juga tak menganggap kalian salah. Kesalahannya hanya karena kita tak saling memahami satu sama lain.

Andaipun coba diulang rasanya sudah tidak bisa sebab tak ada yang mau memulainya. Tidak kalian atau pun aku. Ya, sampai saat ini kalian telah menjadi bagian dari lembar-lembar kehidupanku. Pelajaran yang membuat aku takut mendekat, membiarkan semua ruang hatiku dikuasai. Sungguh! kalian membuatku trauma.

Jadi, sementara ini biarkanlah aku menghilang, mengumpulkan remah-remah hatiku yang hancur karena kalian. Semoga kalian bahagia. Itu saja.